Laman

Minggu, 25 Desember 2011

CERPEN "Menanti Di Gerbang Sekolah"


CERPEN
                                                          Menanti Di Gerbang Sekolah
   Oleh: Ahmad Zaini

hari yang begitu bahagia. dimana hari para siswa lega telah menyelesaikan studinya. di Sudut SMP 2 Undaan Kudus, sorak suara bahagia dan tawa akan kelulusanya. semua bahagia, tak ada sedikitpun yang terhanyut dalam kesedihan, karena semua berhasil menyelesaikan studinya. LULUS 100%.
berbeda denganku, memang begitu bahagia telah lulus SMP, tapi ada sedikit rasa gelisahku yag terbit perlahan-lahan. entah apa, kenapa dan mengapa, aku juga belum mengerti akan jawabnya.
aku menatapi sekelilingku, semua dalam suasana kebahagiaan. berbanding terbalik denganku. aku beranjak dari tempat ini, karena semua berbeda denganku, berjalan perlahan menyusuri sudut-sudut sekolah. tampaknya hatiku menuntun tuk mencari seseorang. entah apa yang membuatnya aku tuk mencari.
di depan kelas IX A, akhirnya langkah kakiku terhenti jua. mataku menatapi satu per satu, kutemukan jawabanya kenapa dan mengapa hatiku menuntunku kesini. gadis berjilbab putih, yang selama ini menghabiskan waktunya bersamaku, Eira namanya.
“Darma,,, dari mana saja kamu? aku cari-cari tidak ada”. panggil dan tanya Eira yang menyapa lebih terdahulu.
“dari belakang, tadi perutku sakit”. jawabku berbohong karena aku malu tuk mengaku juga mencarinya.
“rencana mau melanjutkan kemana?”
“belum tahu, kalau kamu?”
“belum pasti, rencana ingin ke SMA 2 Kudus, tapi ayahku menyuruh ke SMKN 3 Kudus”.
“pilihan yang sangat bagus”.
***                                                                                                                                                                 
hari makin hari berganti sampul, rasa sepi meski diantara keramaian. terasa ada sesuatu yang hilang dari sisiku. aku sadar, sudah lama aku tak bergurau dan bertemu dia, Eira.
“apa dia sama sepertiku? yang selalu memikirkan dia, yang selalu berharap bersama dia, yang selalu merindukan dia.” tanya hatiku.
aku makin saja tenggelam dalam kesepian. pikiranku selalu menuju dia. begitu menggebu ingin bertemu dia.

***                                                                                         
pagi ini cerah, secerah hatiku karena ada harapan bertemu Eira. pukul 09.00 nanti, ada undangan ke sekolah ambil ijazah. tapi, ketakutanku semakin besar. mungkin, hari ini akan menjadi terakhir kalinya bertemu dia. aku gugup, senang, takut, gelisah jadi satu.
pukul 09.00 tiba, semua siswa kelas IX telah bergerumbul di kelas. aku langkahkan kakiku menuju Eira, karena rasa rinduku telah menumpuk.
“Ra,,, gimana kabarnya?” tanyaku basa-basi.
“yah... seperti yang kau lihat sekarang Darma. aku baik-baik saja. kalau kamu?” jawab Eira dan balik tanya.
“sedikit kurang baik”.
“kenapa dan ada apa?”
“Cuma bingung mau melanjutkan sekolah kemana? kamu jadi melanjutkan kemana?”
“sepertinya ke SMKN 3 Kudus, seperti pinta ayahku”.
“mungkin aku juga akan kesitu”
“kamu juga kesitu? wah,,, asyik dong! bisa bertemu dan bersama kamu lagi. tapi aku belum pasti kesitu.”
“kenapa?”
“ibuku menyuruh ke Ponpes dan MA Assalam”
banyak cerita yang terurai dari mulut Eira, begitu pun juga aku. tiba-tiba ada yang memanggil namaku.
“ Reza Darma Kurniawan,,,”
segera aku langkahkan kakiku menuju suara panggilan.
“ini ijazahmu. nilai yang bagus. rencana mau melanjutkan kemana?” tanya Kepala Sekolah.
“belum pasti pak, mungkin ke SMKN 3 Kudus.”
“kalau bisa lanjutkan terus sampai jenjang tertinggi. sudah, boleh kembali!”
kemudian aku bawa lagi langkahku menuju Eira.
“gimana?” tanya Eira merampok.
“begitulah.”
“kamu jawab melanjutkan kemana tadi?”
“SMKN 3 Kudus, sepertimu.”
tak terasa waktu telah melakukan perjalanan panjang, tapi bagiku ini terlalu cepat berlalu. mungkin karena aku bersama Eira. nyaman dan bahagia, seperti itulah gambaran rasaku saat bersama Eira.
pembagian ijazah telah berlalu, semua siswa beranjak pulang. begitu juga aku. kebahagiaan benar-benar pergi dariku.
***                   
tanggal 09 Juli, hari ini hari pertama masuk ke sekolah baruku, SMKN 3 Kudus. sebelumnya telah aku tetapkan melanjutkan di SMKN 3 Kudus, mungkin karena Eira yang membawa arus aku kesini. harapan selalu bersama dia yang menyemangatiku kesini.
pukul 06.25, aku berangkat dari rumah. hari baru telah tiba, masa lama berganti dengan yang baru, seragam biru berganti dengan abu-abu.
sesampai di gerbang sekolah, tiba-tiba hatiku menyuruhku tuk berhenti. langkahku pun terhenti.
“menunggu Eira dulu, katanya kan dia mau melanjutkan kesini.” gumam hatiku.
sudah cukup lama aku berdiri di depan gerbang cokelat ini. ratusan orang-orang telah berlalu lalang dari hadapan mataku. tak juga ada orang yang ku tunggu, Eira tidak terlihat. cukup kecewa aku menunggu. terasa sia-sia pikirku.
“Eira tidak ada, dia jadi melanjutkan kemana? katanya kesini.” tanya hatiku.
suara bel tanda masuk berbunyi keras.
“tet,,,, tet,,, tet,,,,”
aku segera berlari menuju ruang OSPEK. sesampainya, kudapati siswa-siswa baru yang sama sepertiku. masih canggung, masih malu-malu, masih perlu sebuah adaptasi. saling kenalan, begitulah umumnya. teman-teman baru.
waktu terus berjalan, sangat begitu lambat terasa. aku makin hari saja tenggelam dalam sendiriku. tersesat dalam sepiku, tak tau arah harus kemana aku membawa sepiku ini.
tak begitu tertarik disini. pikiranku terbang menjauh dari sini. menembus bayang-bayang Eira disana, entah dimana dia sekarang. rinduku semakin menjadi pada dia.
makin hari saja, semakin aku menghabiskan waktuku sendiri. yang ada dalam pikirku, hanya ingin bersama Eira. Eira, Eira, Eira selalu.

***                                                     
pagi ini begitu cerah, tapi cahayanya hanya menembus sedikit menyinari relung hatiku. malas dan tak ada semangat aku berangkat ke sekolah hari ini.
sesampai di sekolah, aku masih saja melanjutkan tradisi kemarin-kemarin. menunggu tuk menunggu, menunggu dan selalu menunggu, menunggu dan menunggu Eira di depan gerbang sekolah. berharap Eira kan datang dan sekolah disini. entah dari mana dan dengan alasan apa, keyakinanku benar-benar kan terjadi. tapi tampaknya, tuk hari ini masih sama kemarin, dia tidak datang sudah beribu-beribu hari penantianku.
aku tak habis pikir, kenapa aku begitu tercandu olehnya. ada apa ini? sudah hampir 3 tahun berjalan, perasaan selalu ingin bertemu dan bersama  dia seolah-olah menjadi kebutuhan pokok ku, aku terlalu naif tak tau alasan kenapa tapi masih juga. memang, semenjak kelas 2 SMP, dia selalu menghabiskan waktu bersamaku, hampir tiap detik dia hadir dihadapanku, nyaman dan senang begitulah rasa yang kurasa saat ada dia disampingku. tapi saat ini, dia pergi menghilang entah menyarang dimana aku tak tahu, cukup dia membuatku begitu tersiksa.
kelas XI telah datang, aku masih saja bergelut dalam kebodohanku, ketidaktahuan pastiku, bersama mimpi dan sepiku. aku masih juga selalu menunggu, menunggu dan selalu terus menunggu Eira hadir menyambut penantianku di gerbang sekolah yang semakin memudar dan berkarat ini. tapi tak seperti penantian ini, tak ada memudarnya sama sekali, tak ada berkarat sama sekali, masih saja fresh.
berganti terus hari, juga masih kosong penantianku.
aku menggoreskan keluh kesahku pada selembar kertas. inilah pertama aku berbagi kisahku pada kertas. memang, tak ada yang ku percaya tuk tempat berbagi kisah ku saat ini. mulai tanganku satu per satu kata menuangkan pada selembar kertas putih.
                      “ entah apa, mengapa, kenapa?
                      seluruh pikiran dan jalanku tertuju padamu,
                      aku seperti sebuah robot, yang hanya menurut penggeraknya,
                      dan penggeraknya itu adalah kamu, aku seperti kehilangan diriku sendiri,
                      aku merasa ini bukanlah aku sedikitpun, apalagi sepenuhnya,
                      aku masih juga berkutat dan berkutat terus tentangmu,
tentangmu, yang kurasa senyap, sepi dan menyiksa, tapi entah kenapa aku masih saja menujumu, aku terlalu buta, mungkin juga otakku telah tiada fungsi. aku tak tahu dengan bawa alasan kenapa aku begini? tapi masih juga seperti ini,
tapi bagiku, pertanyaan kenapa aku begini tidaklah penting tuk dijawab, yang perlu tuk dijawab, entah sampai kapan aku kan begini dan sampai kapan kau kan kembali.
jangan terlalu lama pergi, karena jika lama, bisa saja aku tak dapat bernafas karena kehilangan udaraku, cepatlah datang, bahagiakan hari-hariku seperti dulu,
ku harap kau dengar semua keluh kesahku ini,
semoga saja selembar kertas ini mampu menyabdakanya padamu,
tentang perasaanku yang sangat tersiksa.”
tak tersadar, air mataku merembes dalam pipiku, inilah tuk pertama aku menangis karena wanita.
***                             
kelas XI telah selesai, XII sudah datang. aku juga masih sama seperti kemarin-kemarin. sibuk menunggu sesuatu yang sudah tidak pasti, sibuk dalam sepi dan sendiri. semakin tersiksa saja hatiku.
4 tahun sudah, perasaan aneh menghuni hatiku,
“apakah ini cinta?” tanya hatiku pertama, memang sejak dari kelas 2 SMP, aku belum tahu tentang apa itu cinta? bagaimana itu cinta?.
aku hanya memendam, menafikkan perasaan ini, kalau bisa membuang dan melupakan perasaan ini. tapi sebaliknya, perasaan ini tumbuh begitu saja, semakin hari semakin tambah subur dan mengakar kuat di hatiku.
hampir 365 hari telah berlalu, aku masih saja menanti, menanti , menanti, menanti, dan menanti selalu. seperti itulah pekerjaanku selama ini. seperti security yang berdiri di depan gerbang sekolah. tapi bedanya, aku mencari hati disini, menanti hati disini.
sudah berlalu 3 tahun, ini terakhir aku menanti di gerbang sekolah ini. terakhir juga seperti security dan orang gila yang selalu berdiri disini. tapi mungkin, penantian hatiku takkan pernah berhenti, takkan pernah lelah, takkan pernah jenuh untuknya.
“kosong keyakinanku, kosong mimpiku, kosong harapanku disini, tapi semoga tidak kosong penantian hati ini.” ucap dan harap hatiku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar