Laman

Minggu, 25 Desember 2011

Artikel "Televisi, Racun?"


Artikel
                                                                      Televisi, Racun?

dewasa ini penayangan sebuah program di televisi sangat di gandrungi. hampir tiap hari menjadi menu utama bagi semua usia. termasuk di dalamnya anak-anak berpendidikan, yakni siswa. sebagai siswa, tugas utamanya adalah belajar. nonton televisi boleh, tapi tetap pada porsi yang tepat.
tetapi sebaliknya, fenomena yang terjadi saat ini. hampir tiap anak yang masih mengenyam bangku sekolahan seolah lupa daratan akan kewajibanya sebagai seorang pelajar. bahkan, mereka menikmati santapan televisi hampir 10 jam per hari, waktu yang tidak sedikit, bila dibandingkan dengan menunaikan kewajibanya belajar yang hanya 2 jam paling mentok.  sungguh ironis menyaksikan ini.
belum ditambah lagi acara-acara yang ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi semakin hari tampaknya semakin menyedot orang untuk sayang melewatkanya. jadi tidak heran jika semua orang menjadi korban tayangan televisi.
tayangan televisi saat ini hampir selama 24 jam terpenuhi dengan tayangan-tayangan sinetron, kalau tidak acara musik. acara-acara yang sangat jauh dari kata mendidik, terutama bagi seorang pelajar. sementara, acara-acara yang mempunyai kualitas tinggi seolah tidak mempunyai tempat untuk tayang kalau tidak begitu hanya sekilas tayang, beberapa jam bahkan hitungan menit saja. contoh saja, Mario Golden Ways ( setiap Ahad pukul 19.00 WIB, Metro TV, hanya 1 jam), selain itu acara-acara berita di setiap stasiun TV tampaknya dikurangi, hanya 1 jam, ada juga yang hanya 30 menit, Cuma satu dua TV yang solid menayangkan acara berita. berbeda dengan sinetron atau acara musik, tidak pagi, siang, atau malam selalu ada saja tempat untuk tayang. tidak tanggung-tanggung, menghabiskan waktu yang sangat banyak, berjam-jam. lebih sedih lagi, sinetron-sinetron yang ditayangkan kebanyakan alur ceritanya tentang percintaan, perselingkuhan, kriminalitas atau rebutan harta. alur cerita yang sangat tidak mendidik, bahkan memprovokasi. kenapa tidak berkreasi yang lebih mendidik?
acara-acara yang tidak mendidik banyak membawa pengaruh kepada penonton, terutama bagi anak-anak atau remaja yang memang belum memiliki jiwa atau psikis yang stabil. banyaknya acara-acara yang tidak mendidik di televisi bisa mempengaruhi kejiwaan seorang anak maupun remaja. film kekerasan atau berita kriminal merupakam beberapa contoh acara yang tidak layak ditonton oleh seorang anak ataupun remaja karena bisa saja mereka meniru adegan kekerasan atau tindak kriminal yang mereka tonton di televisi.
selain itu, racun yang paling membahayakan televisi bagi seseorang adalah lupa waktu. bila sudah menonton televisi, seseorang pada umumnya dan seorang pelajar khususnya akan malas melakukan suatu pekerjaan. bagi seorang pelajar tentu menjadi malas belajar.  hal inilah potret nyata yang terjadi dewasa ini.
dilain sisi, televisi semestinya mempunyai potensi besar untuk membawa pengaruh kebaikan. seperti memberi informasi yang up to date mengenai peristiwa yang terjadi diluar dan  memberi hiburan sebagai penyegaran otak. selain itu, jika yang ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi mengenai pendidikan, maka hal ini sangat berguna bagi para pelajar. seorang pelajar bisa mengambil manfaat dari tayangan tersebut yang berupa pendidikan yang akan memperluas pengetahuan dan cakrawala ilmu mereka.
melihat dari hal diatas, semestinya pebisnis TV tidak hanya memikirkan mencari keuntungan saja, menayangkan acara-acara yang tidak mendidik tapi bisa menyedot pundi-pundi untung. dan seharusnya lebih bijak lagi dalam memilah dan memilih acara apa yang pantas untuk ditayangkan.  sementara bagi seorang pelajar, seharusnya dapat menyadari apa yang menjadi kewajiban mereka dan memilih tayangan apa yang layak untuk ditonton. bukan menjadikan televisi sebagai sahabat mereka, dan jangan jadikan televisi sebagai racun masa depan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar