Laman

Minggu, 25 Desember 2011

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ORANG DEWASA


KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ORANG DEWASA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sebagai pemberi pelayanan keperawatan ,perawat memberikan pelayanan kesehatan semua orang yang memiliki usia dan karakter yang berbeda sehingga dalam meraat kasus yang samapun tindakan yang di berikan akan sangat berbeda karena setiap orang adalah unik, sehingga seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang.

1.2  Rumusan Masalah
·         Apa definisi pertumbuhan dan perkembangan orang dewasa
·         Apa prinsip – prinsip tumbuh kembang
·         Apa faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
·         Bagaimana tahap –tahap tumbuh kembang manusia dewasa muda,menengah,dan tua
·         Bagaimana teori – teori tumbuh kembang orang dewasa










BAB II
PEMBAHASAN

1.1 PERKEMBANGAN ORANG DEWASA
Karakteristik Perkembangan Orang Dewasa
1.      Perkembangan fungsi aspek-aspek fisik orang dewasa terus berjalan sesuai dengan jenis pekerjaan, pendidikan dan latihan serta hobi-hobi aktivitas fisik. Usia dewasa merupakan usia yang secara fisik sangat sehat, kuat, dan cekatan dengan tenaga yang cukup besar. Kekuatan dan kesehatan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi, kebiasaan hidup, kebiasaan makan, dan pemeliharaan kesehatan.
2.      Kualitas kemampuan berpikir kelompok dewasa muda terus berkembang lebih meluas atau komprehensif dan mendalam. Perkembangan ini tergantung pada pengetahuan dan informasi yang dikuasai. Semakin tinggi dan luas ilmu pengetahuan, dan informasi yang dimiliki, semakin tinggi kualitas kemampuan berpikir.
3.      Pada masa dewasa, berlangsung pengalaman moral. Melalui pengalaman moral, orang dewasa mengubah pemikiran-pemikiran moral menjadi perbuatan moral.
4.      Bekerja untuk pengembangan karier merupakan tuntutan dan karakteristik utama dari masa dewasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
1.Faktor genetik
        faktor keturunan  — masa konsepsi,
        bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan,
        menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen,dan
        Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.


2.Faktor eksternal / lingkungan
        Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan,
        Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi
bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
a)      Keluarga
• Nilai, kepercayaan, adat istiadat, dan pola interaksi dan komunikasi.
• Fungsi : bertahan hidup, rasa aman, perkembangan emosi dan sosial, penjelasan mengenai masyarakat dan dunia, dan membantu mempelajari peran dan perilaku.
b)      Kelompok teman sebaya
·         Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan struktur yang berbeda dalam interaksi dan komunikasi, dan memerlukan gaya perilaku yang berbeda.
·         Fungsi: belajar kesuksesan dan kegagalan, memvalidasi dan menantang pemikiran dan perasaan, mendapatkan penerimaan, dukungan dan penolakan sebagai manusia unik yang merupakan bagian dari keluarga; dan untuk mencapai tujuan kelompok dengan memenuhi kebutuhan dan harapan.
c)      Pengalaman hidup
Pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan individu berkembang
dengan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari.
Tahapan proses pembelajaran
– mengenali kebutuhan
– penguasaan ketrampilan
– menjalankan tugas
– integrasi ke dalam seluruh fungsi
– mengembangkan penampilan perilaku yang efektif.
d)     Kesehatan
·      Tingkat kesehatan respon individu terhadap lingkungan dan respon oranglain pada individu,
·      Kesehatan prenatal (sebelum bayi lahir) mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari fetal (janin),Nutrisi adekuat ,
·      Keseimbangan antara istirahat, tidur dan olahraga,
·      Kondisi sakit
— ketidakmampuan untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan
—tumbuh kembang terganggu,
e)      Lingkungan tempat tinggal : Musim, iklim, kehidupan sehari-hari dan status sosial ekonomi
A.    Perbedaan individual Orang Dewasa
1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan individual orang dewasa adalah faktor lingkungan, pembawaan dan pengalaman.
2.      Unsur-unsur perbedaan individu yang disebabkan oleh perbedaan lingkungan dan pembawaan adalah perbedaan dalam minat, kepribadian, dan kecakapan (kecerdasan).
3.      Penerimaan orang dewasa terhadap pengaruh lingkungan (pengalaman) ditentukan oleh:
·               Kekuatan daya pendukung The IQ dan daya kendali dari super ego serta
·               besarnya dorongan kompleks terdesak (Freud);
·               Cita-cita dan hasrat (Alfred Adler);
·               Kadar rasa harga diri (Kunkel);
·               Kesadaran pribadi dalam mempertahankan dan mengembangkan dirinya (Stern);
·               Pandangan subjektif terhadap partisipasinya dengan lingkungan (Rullo May);
·               Kemampuan membaca situasi atau kerangka berpikir (Lewin), serta
·               Hubungan sosial di masa lalu (Rotter & Sullivan).
·               Hubungan sosial di masa lalu (Rotter & Sullivan).



B. Prinsip-prinsip perkembangan
·         proses yang teratur, berurutan, rapi dan kontinyu, maturbasi, lingkungan dan faktor genetik,
·         pola yang sama, konsisten dan kronologis, dapat diprediksi,
·         variasi waktu muncul (onset), lama, dan efek dari tiap tahapan tumbuh kembang,
·         mempunyai ciri khas,
·         seumur hidup dan meliputi seluruh aspek,,
·         hal yang unik, setiap individu cenderung mencapai potensi maksimum perkembangannya,
·         Tugas perkembangan,
·         perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau diperlambatn
·         perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya,
·         perkembangan terjadi dalam tempo yang berlainan.

2.2Tahap-tahap Perkembangan pada orang Dewasa muda,menengah dan tua
A. Dewasa muda (20-40 tahun)
>        Gaya hidup personal berkembang.
>        Membina hubungan dengan orang lain
>        Ada komitmen dan kompetensi
>        Membuat keputusan tentang karir, pernikahan dan peran sebagai orang tua
>        Individu berusaha mencapai dan menguasai dunia, kebiasaan berpikir rasional meningkat
>        Pengalaman pendidikan, pengalaman hidup dan kesempatan dalam pekerjaan meningkat.
>        Implikasi keperawatan: menerima gaya hidup yang mereka pilih, membantu dalam penyesuaian diri, menerima komitmen dan kompetensi mereka, dukung perubahan yang penting untuk kesehatan.


B. Dewasa menengah (40-65 tahun)
> Gaya hidup mulai berubah karena perubahan-perubahan yang lain, seperti anak meninggalkan rumah
> anak-anaknya telah tumbuh dewasa dan mulai meninggalkan rumah
> dapat terjadi perubahan fisik seperti muncul rambut uban, garis lipatan pada
muka, dan lain-lain
> waktu untuk bersama lebih banyak
> Istri menopause, pria ingin merasakan kehidupan seks dengan cara menikah lagi
(dangerous age).
Implikasi keperawatan: bantu individu membuat perencanaan sebagai antisipasi terhadap perubahan hidup, untuk menerima faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kesehatan dan fokuskan perhatian individu pada kekuatan, bukan pada kelemahan.
C. Dewasa tua
a.              Young-old (tua-muda), 65-74 tahun : beradaptasi dengan masa pension (penurunan penghasilan), beradaptasi dengan perubahan fisik, dapat berkembang penyakit kronik.Implikasi keperawatan: bantu individu untuk menjaga aktivitas fisik dan sosialnya, mempertahankan interaksi dengan kelompok sebayanya.
b.             Middle-old (tua-menengah), 75-84 tahun : diperlukan adaptasi terhadap penurunan kecepatan dalam pergerakan, kemampuan sensori dan peningkatan ketergantungan terhadap orang lain. Implikasi keperawatan: bantu individu untuk menghadapi kehilangan (pendengaran,penglihatan, kematian orang tercinta).
c.              Old-old (tua-tua), 85 tahun keatas : terjadi peningkatan gangguan kesehatan fisik.
Implikasi keperawatan : bantu individu dalam perawatan diri dan mempertahankan kemampuan mandirinya jika memungkinkan




2.3 Teori-teori Tumbuh Kmbang
A. Development task theory (Robert Havighurst)
1. Early Adulthood (dewasa muda)
·      Memilih pasangan
·      Belajar hidup bersama orang lain sebagai pasangan
·      Mulai berkeluarga
·      Membesarkan anak
·      Mengatur rumah tangga
·      Mulai bekerja
·      Mendapat tanggungjawab sebagai warga Negara
·      Menemukan kelompok sosial yang cocok


2. Middle-age (dewasa lanjut)
·      Mendapat tanggungjawab sosial dan sebagai warga Negara
·      Membangun dan mempertahankan standard ekonomi keluarga
·      Membimbing anak dan remaja untuk menjadi dewasa yang bertanggungjawab dan Menyenangkan
·      Mengembangkan kegiatan-kegiatan di waktu luang
·      Membina hubungan dengan pasangannya sebagai individu
·      Mengalami dan menyesuaikan diri dengan beberapa perubahan fisik
·      Menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai orang tua yang bertambah tua
B. Teori perkembangan Psikososial (Erik H Erickson )
1. Intimasi vs isolasi (intimacy vs isolation)
– dewasa muda (18-25 sampai 45 tahun)
·         indikator positif : berhubungan intim dengan orang lain. Mempunyai komitmen dalam bekerja dan berhubungan dengan orang lain.
·         Indikator negatif : menghindari suatu hubungan, komitmen gaya hidup atau karir
·         Individu mengembangkan kedekatan dan berbagi hubungan dengan orang lain, yang mungkin termasuk pasangan seksual.
·         Ketidakpastian individu mengenai diri sendiri akan mempunyai kesulitan mengembangkan keintiman.
·         Seseorang tidak bersedia atau tidak mampu berbagi mengenai diri sendiri, akan merasa sendiri.
2. Generativitas vs stagnasi atau absorpsi diri
– dewasa tengah (45 – 65 tahun)
·         indikator positif : kreatifitas, produktivitas dan perhatian dengan orang lain
·         indikator negatif : perhatian terhadap diri sendiri, kurang merasa nyaman
·         Orang dewasa
— bimbingan untuk generasi selanjutnya, mengekspresikan kepedulian pada dunia di masa yang akan datang
·      Absorpsi diri orang dewasa akan direnungkan dengan kesejahteraan pribadi dan peningkatan materi
·      Perenungan diri sendiri mengarah pada stagnasi kehidupan.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Jadi, perawat perlu mengaplikasikan beberapa teori perkembangan untuk memahami tumbuh kembang pasien saat melakukan pengkajian maupun implementasi tindakan keperawatan.Tiap-tiap individu berbeda dan tidak mudah untuk disamakan antara individu yang satu dengan yang lain terhadap tugas-tugas perkembangannya. Dalam makalah ini kita dapat mengetahui Proses tumbuh kembang pada orang dewasa muda,menengah dan tua serta bagaimana mengetahui teori yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia dewasa.




Saran
Jika ingin mengetahui lebih jelas lagi mengenai Tumbuh kembang pada orang dewasa muda,menengah dan tua di sarankan untuk membaca di perpustakaan atau bertanya kepada orang yang ahli dalam bidang ini.



DAFTAR PUSTAKA

Aliah B Purwakania Hasan,2006,Psikologi perkembangan Islam, Jakarta, Raja Gairifando Persada.

Elizabhet B. Hurlock,1993,Psikologi Perkembangan,Jakarta,Erlangga.

Mulya Sumantri, Nana Syodih,2006,Perkembangan Peserta Didik,Jakarta,Universitas Terbuka.
Source: Materi   kuliah  Perkembangan  Peserta  Didik  ,Pengampu: Sri Hartini.Publish By Heins.14.

Kenakalan Remaja Kota


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Maraknya tingkah laku agresif akhir-akhir ini yang dilakukan kelompok remaja kota merupakan sebuah kajian yang menarik untuk dibahas. Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya masih remaja sangat merugikan dan perlu upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini atau setidaknya mengurangi. Bonek yang merupakan sebutan pendukung setia klub sepak bola Persebaya Surabaya sering terlibat melakukan perkelahian antar suporter. Dan tidak kalah menarik adalah The jack mania sebutan bagi suporter klub sepak bola Persija Jakarta terlibat dalam aksi pembakaran sejumlah mobil dan membuat ulah lain yang sangat mengganggu keamanan setelah selesai pertandingan grand final Persija melawan Persipura Papua di mana Persija Jakarta pada waktu itu kalah. Masalah yang lebih menarik lagi adalah para pelajar SLTA di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia sering tawuran dan seolah-olah bangga dengan perilakunya tersebut.
Banyaknya tawuran antar pelajar di kota-kota besar di Indonesia merupakan fenomena menarik untuk dibahas. Di sini penulis akan memberi beberapa contoh dari berita-berita yang ada. Di Palembang pada tanggal 23 September 2006 terjadi tawuran antar pelajar yang melibatkan setidaknya lebih dari tiga sekolah, di antaranya adalah SMK PGRI 2, SMK GAJAH MADA KERTAPATI dan SMKN 4 (harian pagi Sumatra ekspres Palembang). Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMK YPK Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian pikiran rakyat). Di Makasar pada tanggal 19 September 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMA 5 dan SMA 3 (karebosi.com). Tidak hanya pelajar tingkat sekolah menengah saja yang terlibat tawuran, di Makasar pada tanggal 12 Juli 2006 mahasiswa Universitas Negeri Makasar terlibat tawuran dengan sesama rekannya disebabkan pro dan kontra atas kenaikan biaya kuliah (tempointeraktif.com). Sedangkan di Semarang sendiri pada tanggal 27 November 2005 terjadi tawuran antara pelajar SMK 5, SMK 4 dan SMK Cinde (liputan6.com). Masih banyak kejadian tawuran antar pelajar yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu di sini.
Perkembangan teknologi yang terpusat pada kota-kota besar mempunyai korelasi yang erat dengan meningkatnya perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja kota. Banyaknya tontonan yang menggambarkan perilaku agresif dan games yang bisa dimainkan di play station atau komputer diduga bisa mempengaruhi perilaku. Inti dari pengaruh kelompok terhadap agresivitas pelajar di kota besar seperti Jakarta atau terhadap agresivitas antar etnik di Bosnia Herzegovina adalah sama, yaitu identitas kelompok yang sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif dan mengeksklusifkan kelompok lain.



B. TUJUAN

Tujuan penyusunan makalah ini adalah:
a. mengetahui rangsangan atau pengaruh terhadap agresivitas yang dilakukan oleh remaja kota
b. membahas pengaruh identitas kelompok yang sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif dan mengeksklusifkan kelompok lain
c. membahas faktor-faktor apa sajakah yang memicu perilaku remaja kota
d. membahas penanggulangan yang tepat dalam menyikapi kenakalan remaja kota

C. MANFAAT

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai pembuka cakrawala bagi semua kalangan baik pemerintah, masyarakat maupun keluarga untuk dapat bekerja sama dalam menyiapkan kader-kader dan generasi bangsa, untuk mengurangi tingginya tingkat agresivitas maupun kenakalan remaja khususnya pada perkelahian massal yang kerap kali dilakukan oleh para remaja kota.

D. METODE

Dalam membahas makalah ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan. Metode penelitian kepustakaan adalah penelitian yang mengutamakan penggunaan perpustakaan sebagai tempat untuk mendapatkan informasi-informasi atau data-data melalui buku-buku.



BAB II
TEORI

Tawuran antar pelajar bisa dimasukkan dalam beberapa kategori, antara lain: perilaku agresif, penyimpangan, kenakalan remaja, dan perkelahian massal.

a. Perilaku agresif
Secara sepintas setiap perilaku yang merugikan atau menimbulkan korban pada pihak orang lain dapat disebut sebagai perilaku agresif. Peran kognisi sangat besar dalam menentukan apakah suatu perbuatan dianggap agresif (jika diberi atribusi internal) atau tidak agresif (dalam hal atribusi eksternal). Dengan atribusi internal yang dimaksud adalah adanya niat, intensi, motif, atau kesengajaan untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Dalam atribusi eksternal, perbuatan dilakukan karena desakan situasi, tidak ada pilihan lain, atau tidak disengaja (Sartono, 2002).
Pengaruh kelompok terhadap perilaku agresif, antara lain adalah menurunkan hambatan dari kendali moral. Selain karena faktor ikut terpengaruh, juga karena ada perancuan tanggung jawab (tidak merasa ikut bertanggung jawab karena dikerjakan beramai-ramai), ada desakan kelompok dan identitas kelompok (kalau tidak ikut dianggap bukan anggota kelompok), dan ada deindividuasi (identitas sebagai individu tidak akan dikenal) (Staub dalam Kartono, 1986).
Karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock, 1980).

b. penyimpangan
Deviasi/penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral/ciri-ciri karakteristik rata-rata populasi. Konsep deviasi hanya berarti apabila ada deskripsi dan pembahasan yang tepat mengenai norma sosial. Sedangkan norma sendiri berati kaidah aturan pokok, ukuran, kadar atau patokan yang diterima secara utuh oleh masyarakat guna mengatur kehidupan dan tingkah laku sehari-hari agar hidup terasa aman dan menyenangkan. Norma sosial adalah batas-batas dari variasi tingkah laku yang secara eksplisit dan implisit dimiliki dan dikenal secara retrospektif oleh anggota suatu kelompok.

c. kenakalan remaja
Istilah kenakalan remaja (juvenile deliquency) mengacu kepada rentang suatu perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti bertindak berlebihan di sekolah), pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah), hingga tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri). Demi tujuan-tujuan hukum, dibuat suatu perbedaan antara pelanggaran-pelanggaran indeks (index offenses) dan pelanggaran-pelanggaran status (status offenses). Pelanggaran-pelanggaran indeks adalah tindakan kriminal, baik yang dilakukan oleh remaja maupun orang dewasa. Tindakan-tindakan itu meliputi perampokan, penyerangan dengan kekerasan, pemerkosaan, pelacuran, dan pembunuhan. Pelanggaran-pelanggaran status adalah tindakan-tindakan yang tidak terlalu serius seperti lari dari rumah, bolos dari sekolah, dan ketidakmampuan mengendalikan diri.

d. perkelahian massal
Inti dari pengaruh kelompok terhadap agresivitas pelajar di kota besar seperti Jakarta atau terhadap agresivitas antar etnik di Bosnia Herzegovina adalah sama, yaitu identitas kelompok yang sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif dan mengeksklusifkan kelompok lain (Indrakusuma dan Denich dalam Kartono, 1886).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegemaran berkelahi secara massal dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan faktor eksternal atau faktor eksogen dikenal pula sebagai pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis adalah semua perangsang atau pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada remaja. Faktor eksternal terdiri atas: faktor keluarga, lingkungan sekolah, dan miliu. (Kartono, 1986).


BAB III
PEMBAHASAN

Menurut Shaw dan Constanzo, ruang lingkup studi psikologi sosial salah satunya adalah pengaruh sosial terhadap proses individual (Sartono, 2002). Yang termasuk dalam golongan ini adalah bagaimana kehadiran orang lain, keberadaan seseorang dalam kelompok tertentu atau norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat mempengaruhi persepsi, motivasi, proses belajar, sikap (attitude), atau sifat (atribusi) seseorang. Terjadinya kerusuhan antar suporter yang sebagian besar merupakan remaja dan perkelahian antar pelajar di kota-kota besar seperti Jakarta belum tentu karena niat atau motif pribadi tetapi lebih pada pengaruh kelompok (sosial).


a. FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL
Faktor internal yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku mereka merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan faktor eksternal atau faktor eksogen, dikenal pula sebagai pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis adalah semua perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada remaja (tindak kekerasan, kejahatan, perkelahian massal, dan lain sebagainya).
Dengan semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi, urbanisasi, dan industrialisasi yang berakibat semakin kompleksnya masyarakat sekarang, semakin banyak pula anak remaja yang tidak mampu melakukan penyesuaian diri terhadap berbagai perubahan sosial itu. Mereka lalu mengalami banyak kejutan, frustrasi, konflik terbuka baik internal maupun eksternal, ketegangan batin dan gangguan kejiwaan. Apalagi ditambah oleh semakin banyaknya tuntutan sosial, sanksi-sanksi dan tekanan sosial atau masyarakat yang mereka anggap melawan dorongan kebebasan mutlak dan ambisi mereka yang sedang menggebu-gebu.
Kehidupan di kota yang serba individualistis, materialistis dengan kontak-kontak sosial yang sangat longgar juga kontak dengan orang tua dan saudara-saudara sendiri yang mengakibatkan banyak disintegrasi sosial di tengah masyarakat, jelas pula menyebabkan disintegrasi pada pribadi anak remaja, karena mereka tidak mampu mencernakan hiruk-pikuk kejadian tersebut. Dan di mata anak muda, masyarakat dewasa tidak mau tahu akan kesulitan para remaja, juga tidak sudi menolong mereka. Sebagai penyaluran dari kecemasan dan ketegangan batin tersebut, anak-anak muda lalu mengembangkan pola tingkah laku agresif dan eksplosif. Kemudian terjadilah aksi-aksi bersama dalam kelompok-kelompok, saling baku hantam, dan perkelahian antar sekolah dengan menampilkan inti permasalahan batin sendiri, yaitu dorongan untuk menampilkan egonya yang terasa lumat ‘terinjak-injak’ dan hanyut tidak berarti di tengah masyarakat.
Jadi, tingkah laku delikuen, ugal-ugalan, berandalan, bahkan sering menjurus kepada kriminalitas itu merupakan kegagalan sistem pengontrolan diri remaja terhadap dorongan-dorongan instingtifnya. Pandangan psikoanalisis menyatakan bahwa semua gangguan psikiatris termasuk pula proses pengembangan anak remaja menuju kepada kedewasaan serta proses adaptasinya terhadap tuntutan lingkungan sekitar ada pada individu itu sendiri berupa: konflik batiniah, permasalahan intrapsikis, dan menggunakan reaksi frustrasi negatif atau mekanisme pelarian dan pembelaan diri yang salah. Semua mekanisme reaktif tersebut di atas sangat tidak sehat sifatnya dan dampaknya amat merisaukan anak jiwa remaja bahkan bisa membuat mereka salah tingkah, dan menggunakan mekanisme reaksi frustrasi negatif. Beberapa reaksi frustrasi negatif yang bisa menyebabkan anak remaja salah ulah ialah: agresi, regresi, fiksasi, rasionalisasi, pembenaran diri, proyeksi, teknik anggur masam, teknik jeruk manis, identifikasi, narsisme, dan autisme.

Faktor eksternal yang menyebabkan kenakalan remaja yaitu:
a. faktor keluarga
- Baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah tangga
- Perlindungan lebih yang diberikan orang tua
- Penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagi ayah dan ibu
- Pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal, asusila
b. faktor lingkungan sekolah
lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan bisa berupa bangunan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan, di antaranya adalah:
- tanpa halaman bermain yang cukup luas
- tanpa ruangan olah raga
- minimnya fasilitas ruang belajar
- jumlah murid di dalam kelas yang terlalu banyak dan padat
- ventilasi dan sanitasi yang buruk dan lain sebagainya
c. faktor miliu
lingkungan sekitar yang tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan remaja.

Dari semua hal di atas dapat dianalisa beberapa predikator kenakalan meliputi identitas (identitas negatif), pengendalian diri (derajat rendah), usia (telah muncul pada usia dini), jenis kelamin(laki-laki), harapan-harapan bagi pendidikan (harapan-harapan yang rendah, komitmen yang rendah), nilai rapor sekolah (prestasi yang rendah pada kelas-kelas awal), pengaruh teman sebaya (pengaruh berat, tidak mampu menolak), status sosial ekonomi (rendah), peran orang tua (kurangnya pemantauan, dukungan yang rendah, dan disiplin yang tidak efektif), dan kualitas lingkungan (perkotaan, tingginya kejahatan, tingginya mobilitas).
Konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif maupun negatif. Umumnya remaja terlibat dalam semua bentuk perilaku konformitas yang negatif seperti: menggunakan bahasa yang jorok, mencuri, merusak, dan sebagainya.
Kenakalan remaja dan perkelahian massal itu merupakan refleksi dari perbuatan orang dewasa di segala sektor kehidupan yang penuh bayang-bayang hitam dan pergulatan seru (penuh intrinsik, kekejaman, kekerasan, nafsu kekuasaan, kemunafikan, kepalsuan, dan lain-lain) yang terselubung rapi dengan gaya yang elegan dan keapikan.



b. DINAMIKA PSIKOLOGIS
Piaget yakin bahwa pemikiran operasional formal berlangsung antara usia sebelas hingga lima belas tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak daripada pemikiran seorang anak. Selain abstrak, pemikiran remaja juga idealistis. Remaja mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain dengan standar-standar yang ideal ini. Remaja lazim menjadi tidak sabar dengan standar-standar yang ideal yang baru ditemukan ini dan dibingungkan oleh banyak standar ideal yang diadopsi.
Perubahan-perubahan yang mengesankan dalam kognisi sosial menjadi ciri perkembangan remaja. Pemikiran remaja bersifat egosentris. Menurut David Elkind egosentrisme remaja memiliki dua bagian yaitu penonton khayalan dan dongeng pribadi. Penonton khayalan ialah keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri. Perilaku mengundang perhatian, umum terjadi pada masa remaja, mencerminkan egosentrisme dan keinginan untuk tampil di atas pentas, diperhatikan, dan terlihat. Dongeng pribadi ialah bagian dari egosentrisme remaja yang meliputi perasaan unik seorang anak remaja. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorang pun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya. Beberapa ahli perkembangan yakin bahwa egosentrisme dapat menerangkan beberapa perilaku remaja yang nampaknya ceroboh.
Gangguan-gangguan atau kelalaian-kelalaian orang tua dalam menerapkan dukungan keluarga dan praktek manajemen secara konsisten berkaitan dengan perilaku anti sosial anak-anak dan remaja. Dukungan keluarga dan praktek-praktek manajemen ini mencakup pemantauan tempat remaja berada, penggunaan bagi disiplin yang efektif bagi perilaku anti sosial, keterampilan-keterampilan pemecahan masalah yang efektif, dan dukungan bagi pengembangan keterampilan-keterampilan pro sosial. Dalam hal ini pola asuh juga mempengaruhi perilaku anti sosial remaja.


C PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi kenakalan remaja. Upaya-upaya ini meliputi bentuk-bentuk psikoterapi individual dan kelompok, terapi keluarga, modifikasi perilaku, rekreasi, pelatihan kejuruan, sekolah-sekolah alternatif, perkemahan dan berperahu di alam terbuka, penahanan dan pembebasan bersyarat, program kakak asuh, organisasi komunitas, dan membaca alkitab.
Walaupun hanya sedikit model yang diidentifikasi sukses untuk mencegah dan berperan untuk penanganan kenakalan, banyak pakar di bidang kenakalan remaja sepakat bahwa poin-poin berikut ini perlu diuji lebih seksama sebagai cara yang mungkin diterapkan untuk pencegahan dan penanganan kenakalan remaja:
- program harus lebih luas cakupannya daripada hanya sekedar berfokus pada kenakalan
- program harus memiliki komponen-komponen ganda, karena tidak ada satu pun komponen yang berdiri sendiri sebagai peluru ajaib yang dapat memerangi kenakalan
- program-program harus sudah dimulai sejak awal masa perkembangan anak untuk mencegah masalah belajar dan berperilaku
- sekolah memainkan peranan penting
- upaya-upaya harus diarahkan pada institusional daripada pada perubahan individual, yang menjadi titik berat adalah meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak yang kurang beruntung
- memberi perhatian kepada individu secara intensif dan merancang program unik bagi setiap anak merupakan faktor yang penting dalam menangani anak-anak yang berisiko tinggi untuk menjadi nakal
- manfaat yang didapatkan dari suatu program sering kali hilang saat program tersebut dihentikan, oleh karenanya perlu dikembangkan program yang sifatnya berkesinambungan.


Upaya menyembuhkan gejala patologis pada kenakalan remaja dan perkelahian massal yang dikemukakan Kartini Kartono adalah sebagai berikut:
- banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri, dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan menuntun itu
- memberi kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
- memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan pengembangan bakat dan potensi remaja


BAB IV
KESIMPULAN

Dari teori dan pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa:
a. Derajat kejahatan anak remaja berkorelasi akrab dengan proses industrialisasi sehingga jumlah kejahatan anak remaja lebih banyak di kota-kota besar.
b. Kondisi lingkungan atau pengaruh kelompok merupakan salah satu penyebab timbulnya perilaku agresif
c. Identitas kelompok yang sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif dan mengeksklusifkan kelompok lain merupakan salah satu penyebab terjadinya agresivitas kelompok remaja kota
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegemaran berkelahi secara massal dibagi menjadi dua, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.
e. Faktor internal adalah faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku mereka merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.
f. Faktor eksternal atau faktor eksogen yang dikenal pula sebagai pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis adalah semua perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada remaja (tindak kekerasan, kejahatan, perkelahian massal dan sebagainya).
g. Kenakalan remaja dan perkelahian massal itu merupakan refleksi dari perbuatan orang dewasa di segala sektor kehidupan yang dipenuhi bayang-bayang hitam dan pergulatan seru (penuh intrinsik, kekejaman, kekerasan, nafsu kekuasaan, kemunafikan, kepalsuan dan lain-lain) yang terselubung rapi dengan gaya yang elegan dan keapikan
h. Kenakalan remaja dan perkelahian massal merupakan proses peniruan atau identifikasi anak remaja terhadap segala gerak-gerik dan tingkah laku orang dewasa ‘modern dan berbudaya’ sekarang ini.
i. Upaya kita menyembuhkan gejala patologis pada kenakalan remaja dan perkelahian massal yaitu:
• banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri, dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan menuntun itu
• memberi kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
• memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan pengembangan bakat dan potensi remaja

















DAFTAR PUSTAKA


Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kartono, Kartini. 1986. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: CV Rajawali.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2003. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafind